, , ,

Lahan Apel di Kota Batu Tinggal 740 Hektare, Alih Fungsi Lahan dan Agroklimat Jadi Penyebab Penyusutan

oleh -17 Dilihat

Kota Batu, Jawa Timur, yang selama ini dikenal sebagai sentra buah apel, kini menghadapi tantangan serius. Luas lahan apel di kota wisata ini mengalami penyusutan drastis. Data terbaru menunjukkan bahwa luas kebun apel kini hanya tersisa sekitar 740 hektare, jauh berkurang dibanding beberapa dekade lalu ketika Kota Batu menjadi penghasil apel terbesar di Indonesia.

Alih Fungsi Lahan Jadi Ancaman Utama

Kepala Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kota Batu, Suwandi, mengungkapkan bahwa alih fungsi lahan menjadi faktor utama penyusutan kebun apel. Banyak lahan yang sebelumnya ditanami apel kini berubah menjadi kawasan perumahan, vila, hotel, maupun destinasi wisata.

“Pesatnya perkembangan sektor pariwisata dan kebutuhan hunian membuat banyak petani menjual lahan mereka. Ini berdampak pada menurunnya luas lahan apel dari tahun ke tahun,” jelas Suwandi.

Kondisi Agroklimat Tak Lagi Ideal

Selain alih fungsi lahan, perubahan kondisi agroklimat juga turut mempercepat penurunan produktivitas kebun apel di Kota Batu. Menurut para petani, suhu udara di kawasan Batu kini tidak sedingin dulu, sementara curah hujan yang tak menentu membuat pohon apel lebih rentan terhadap hama dan penyakit.

“Dulu, cuaca Batu sangat cocok untuk apel, tapi sekarang sering terlalu panas di siang hari. Pohon apel jadi kurang produktif,” ungkap Wahyudi, seorang petani apel di Desa Tulungrejo.

Produktivitas Apel Terus Menurun

Penyusutan lahan berbanding lurus dengan menurunnya produksi apel di Kota Batu. Beberapa varietas populer seperti apel Manalagi dan Rome Beauty kini semakin sulit ditemukan dalam jumlah besar. Petani bahkan harus mengganti sebagian tanaman mereka dengan komoditas lain yang lebih tahan terhadap cuaca, seperti sayuran atau bunga.

Lahan Apel
Lahan Apel

Baca juga: Pemkot Batu Bakal Sidak Beras Premium Oplosan

“Kami terpaksa mengurangi jumlah pohon apel karena hasil panen sudah tidak seperti dulu. Perawatan lebih mahal, tapi harga jual tidak selalu menutup biaya,” ujar seorang petani lainnya.

Upaya Pemerintah Kota Batu

Menghadapi masalah ini, Pemerintah Kota Batu berencana mendorong program revitalisasi kebun apel. Program ini meliputi penyediaan bibit unggul, penyuluhan teknik budidaya modern, serta pemberian insentif kepada petani agar tidak menjual lahan mereka.

“Kami ingin mempertahankan identitas Kota Batu sebagai kota apel. Oleh karena itu, berbagai program pendampingan petani akan terus kami jalankan,” tambah Suwandi.

Potensi Wisata Agro

Meskipun lahan apel semakin menyusut, wisata agro berbasis kebun apel tetap menjadi daya tarik utama Kota Batu. Pemerintah berencana mengembangkan konsep agroeduwisata yang menggabungkan budidaya apel dengan pariwisata edukatif, sehingga keberadaan kebun apel tetap lestari dan memberikan nilai ekonomi tambahan bagi petani.

“Jika wisatawan bisa memetik apel langsung dari kebun, ini akan memberi keuntungan ganda: lahan tetap produktif, petani untung, dan wisatawan mendapat pengalaman unik,” kata salah satu pengelola wisata petik apel.

Dior

No More Posts Available.

No more pages to load.